“Anehnya Tak Seorang Pun Guru Mampu Menjelaskan Peruntukannya, Terlebih Kepala Sekolah Selalu Menhindari Awak Media“
Tasikmalaya, Duta Priangan – Di awal tahun ajaran baru bagi warga masyarakat pada umumnya, khususnya yang memiliki anak usia sekolah masuk ke jenjang selanjutnya mereka harus merogok kocek lebih.
Dari beberapa Orangtua siswa yang anaknya baru masuk ke SMPN 1 Cisayong Kabupaten Tasikmalaya, sebut saja Pulan (Meminta hak tolak Wartawan agar identitasnya tidak dikorankan-red) sempat mengeluh kepada Duta Priangan, sebab baru saja menginjak bulan kedua anaknya sekolah disana harus menyetor uang sejumlah Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah), padahal sebelumnya selain mereka harus menyetor sejumlah biaya (diatas 600 ribu-red) untuk atribut, seragam batik, dan perlengkapan lainnya, belum lagi beli sendiri peralatan sekolah mulai dari sepatu, tas, buku tulis seragam putih biru dan lain sebagainya, yang bagi sumber sempat mengakui merasa kewalahan hal biaya untuk menyekolahkan anaknya itu, jadi dimana ‘Sekolah Geratis’ yang selalu digembar gembor pemerintah.
Menyerap keluhan warga masyarakat dimaksud khususnya pelaksanaan psikotes anak kelas VII yang mennurut jadwal akan dilaksanakan pada Senin Tanggal 19 Agustus, hari itu pun Duta Priangan datang ke sekolah yang dipimpin oleh sosok wanita bernama lengkap Dida Nurhayati tersebut, untuk memastikan ada tidaknya psikotes yang menurut jadwal akan dilaksanakan hari itu (19 Agustus-red), lalu hendak mengambil potret seperti apa pelaksanaannya, bekerjasama dengan pihak mana, berkompeten kah pihak pelaksananya, siapa panitia pelaksananya, kemudian peruntukan nominal yang dipungut dari sekitar 288 siswa (@Rp. 100 ribu-red) tersebut kemana saja, digunakan apa saja? Bukankaj sebuah kewajaran ada transfaransi yang jelas dari kepala sekolah, sebab Dida memungut uang dari masyarakat.
Bahkan bila Dida ini mau menggandeng, berkolaborasi, sinergis dengan Komite Sekolah SMPN 1 Cisayong (yang kini dinakhodai Lala Suwarla, S.Pd-red) selaras dengan Permendikbud No.75/2016 tentang Komite Sekolah ada klausu komite sekolah boleh menggalang dana dari masyarakat untuk peningkatan layanan pendidikan sekolah bersangkutan, sedangkan pihak sekolah sendiri itu sudah jelas haram memungut biaya untuk dalih apapun
Sementara itu, Ketua Komite Sekolah SMPN 1 Cisayong, Lala Suwarla, S.Pd yang secara langsung ditemui Duta Priangan dikediamannya, dia mengaku tidak tahu menahu. “Pernah disinggung sepintas oleh Ibu Kepala Sekolah dalam rapat besar bersama seluruh orang tua wali murid baru bahwa bagi anak-anak Kelas VII akan dilakukan psikotes, tapi saya selaku komite tidak tahu lagi kelanjutan rencana itu, kapan akan dilaksanakan, berapa biaya yang akan ditarik dari masyarakat dalam hal ini Orangtua murid. Nah soal itu, bila saja komite sekolah ikut diperankan, saya rasa ibu Dida berhak no comment bila ada yang mempertanyakan, dan kami (Komite Sekolah-red) leluasa menjawab karena itu bukan Dana BOS yang menjadi tanggungjawabnya (Kepala Sekolah-red), biaya psikotes dimaksud kan dibebankan kepada orangtua, seharusnya mulai dalam menentukan besaran nominal, hingga menentukan pihak psikiater atau Lab mana kami diajak bicara dong, kalau sudah kisruh begini lalu Anda (Duta Priangan-red) nanya ke saya selaku Ketua Komite Sekolah, ya aslinya tidak tahu,” tandas Lala.
Apa yang dilakukan Dida di sekolahnya, jangankan masyarakat, komite sekolah, Dua orang Wakil Kepala Sekolah (Wakasek Humas dan Wakasek Kesiswaan SMPN 1 Cisayong-red) saja enggan memaparkan atau berstatmen resmi atas nama lembaga untuk beberapa hal yang dipertanyakan Duta Priangan, mereka bilang “Ma’af bukan kewenangan saya”, apa lagi nanya para Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang ada disana, mereka memilih no comment. Karena memang apapun Dida nampak diduga single fighter kalau hal menyangkut ada labanya.
Ditambahkan sumber lain yang juga sebagai pemerhati kebijakan pendidikan wilayah setempat menambahkan, “Sejak lama sekolah yang berdiri sebagian diatas tanah carik desa itu situasinya nyaman, aman, kondusif, ditata meski sedikit demi sedikit karena sesuai kemampuan dan keuangan yang ada, hingga beberapa kali ganti kepala relatif kondusif. Namun kini, belum saja satu periode dipimpin Dida, telinga ini ada saja sampai mendengar permasalahan baik di internal, muapun eksternal. Secara interen ada yang lebih berhak mengomentari nanti, tanya saja Pengawas Binanya, bagai mana hasil penilaian seorang pemimpin dari anak buahnya yang jujur,” tandas sumber yang juga meminta hak tolak Wartawan untuk identitasnya tidak dicantumkaan.
Lanjut dia, “Soal infak peserta didik saja, dulu itu dari peserta didik, untuk peserta didik ya oleh peserta didik dan manfaat yang bisa diambil oleh kita selaku otangtua, adalah mendidik anakny atas kepedulian sosial antar sesama, bukan ini mah hasil gerakan infak anak untuk membantu biaya pemeliharaan fisik sekolah, seperti pengecatan dan sebagainya,” imbuh sumber. (AA)
Comments 2