Ciamis, Duta Priangan – Dalam rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan kelompoktani (Poktan) dalam meningkatkan produktivitas dan mutu produk perkebunan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perkebunan Provinsi Jabar bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis tengah melaksanakan program kegiatan Pelatihan Penguatan Kelembagaan kepada Kelompok Tani (Poktan) Teh Mukti yang bertempat di Dusun Sukamantri 3, Desa.Sukamantri Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis yang berlangsung sesuai jadwal kegiatan mulai dari Senin 15 Juli 2019 sampai dengan Kamis 15 Juli 2019.

Pelatihan terhadap Poktan pimpinan Encir ini melibatkan 25 orang peserta dengan pemateri dari Dinas Perkebunan Propinsi Jabar juga dari Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis.
Disela kegiatannya, Omay Rohman, S.Ag, yang didampingi Totong Kuswaya, SP saat di konfirmasi Duta Priangan belum lama ini mengungkapkan, “Salah satu permasalahan klasik petani di berbagai daerah antaralain produktivitas rendah, akses informasi teknologi dan pasar rendah, kapasitas permodalah usaha terbatas dan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani yang masih relatif. Kondisi ini diperburuk oleh fragmentasi lahan dan pengaruh perubahan iklim. Berbagai faktor tersebut menyebabkan daya saing petani rendah dan sulit beranjak dari ketidakberdayaan (unempowerment),” ujarnya.
Nampak hadir pada kesempatan itu, Kasi Produksi Perkebunan Ali Rahman, SP, dan Kasi Pembenihan dan Pasca Panen, Ir. Nandang Setiawan dari Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis.
Senada dengan Omay Rohman (Fasilitator Jabar-red), Ali Rahman menambahkan, “Salah satu strategi pemberdayaan petani adalah pembinaan/pendampingan petani melalui kegiatan penyuluhan secara terpadu melalui pendekatan kelembagaan usaha. Pendekatan kelompok usaha dalam penyuluhan dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan penyuluhan,” ujar Ali.
Lanjutnya, “Pendekatan kelompok juga dimaksudkan untuk mendorong penumbuhan kelembagaan petani (kelompoktani, gabungan kelompoktani). Hal ini dilakukan karena masih banyaknya jumlah petani yang belum bergabung dalam kelompoktani (poktan), terbatasnya jumlah tenaga penyuluh pertanian sebagai fasilitator, serta terbatasnya pembiayaan dalam pembinaan bagi poktan maupun gapoktan,” imbuh Ali. Ali juga menandaskan dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat menciptakan para petani yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi terutama dalam bidang perkebunan. (Ronggala)