Tasikmalaya, Duta Priangan – Hal yang lumrah dan masuk dalam kategori wajar bila ada orangtua mahasiswa turun tangan dalam aksi anak-anaknya pasca tersiar kabar buruk atas pencabutan ijin oprasional lembaga pendidikan (dimana tempat anaknya kuliah-red) oleh Kemendikbudristek RI melalui Lembaga Pelayanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Jabar-Banten selang beberapa hari silam.

Nihilnya nilai akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Tahun Akademik 2022-2023 hingga pencabutan ijin oprasional Sekolah Tinggi Managemen Informatika dan Komputer (STMIK) Tasikmalaya tentu saja memunculkan keresahan baik dikalangan mahasiswa terlebih bagi para orangtua mahasiswa.

Santi Permana yang sengaja datang dari Tasikmalaya Selatan (Cikalong-red) menghadiri aksi ratusan mahasiswa yang diprakarsai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STMIK Tasikmalaya, Senin (27 Maret 2023) untuk menyampaikan beberapa pertanyaan dan langkah solusi seperti apa yang akan ditempuh pihak sekolah tinggi punya Restu Adi Wiyono tersebut.
“Kabar mengejutkan dicabutnya ijin oprasional lembaga pendidikan dimana anak kami kuliah tentu saja membuat kami resah akan nasib pendidikan anak-anak kami. Dan pada kesempatan aksi demo mahasiswa ini kami menyempatkan diri untuk mempertanyakan dan mendengar langsung dari pihak STMIK Tasikmalaya,” ujar Santi.
Sebagaimana diutarakan dalam forum gelar aksi, Santi mengungkapkan harapannya ada kepastian untuk nasib pendidikan anaknya.
“Kami atas nama orangtua mahasiswa ingin kejelasan langkah apa yang akan ditempuh pihak lembaga, lalu kalau memang anak-anak kami akan dilimpahkan ke lembaga pendidikan lain maka kami ingin biaya kuliah ditanggung oleh STMIK Tasikmalaya, pasalnya sejak anak kami masuk kampus kami sudah membayar dimuka uang kuliah hingga semester akhir program pendikan anak-anak kami,” ujar Santi.
Sementara itu, aksi sempat berjalan alot. Pasalnya dihadapan empunya STMIK Tasikmalaya, Restu Adi Wiyono, demonstran dibawah komando langsung Presma, Fikri Anwar Rafdillah tersebut bukan hanya mempertanyakan kelanjutan nasib pendidikan mereka, lebih jauh dari itu aksi juga sempat melontarkan latar belakang karut marutnya STMIK Tasikmalaya mulai dari pertanyaan dugaan terjadinya jual beli ijazah, adanya perkuliahan jarak jauh, dan bobroknya manajemen didalam sekolah tinggi tersebut memicu nilai akreditasi dari BAN-PT tahun ini tidak diraihnya.
Dalam aksi tersebut, meski dengan nada lemah Ketua STMIK Tasikmalaya, Restu Adi Wiyono, M.Sc., M.Kom sempat menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan para demonstran. Namun setiap jawaban Restu selalu disambut riuh (kalimat huuuukh-red) tanda kekecewaan mereka atas jawaban Restu.
Dari tengah aksi Mahasiswa STIMIK Tasikmalaya, nampak hadir bersuara dari atas nama Ikatan Alumni STMIK Tasikmalaya yang dengan lantang mempertanyakan keabsahan atau legalitas ijazah yang mereka pegang, pasalnya ada kalimat meragukan ijazahnya tidak terdaftar di Kemendikbudristek RI. Selain itu masih dari alumni ada yang mempertanyakan ijazahnya yangbtak kunjung mereka terima, ditambah lagi program studi sudah tuntas, namun tak kunjung jua diwisuda. Itu pun dijawab Restu sangat lemah, hingga aksi lewati waktu adzan dhuhur karena aksi belum menemukan titik terang atas tuntutan mereka. (red)
Suatu kemajuan yang patut diacungi jempol bagi orang tua yg berani membela hak nya…maju pantang mundur ….toh kuliah itu dg biaya
Semoga segera ada solusi untuk melanjutkan proses pendidik para mahasiswa.