“Rangking, NEM, bahkan IPK Bukan Jaminan Kesuksesan Seseorang”
Oleh: Agus Abidin, S.Ip
Tulisan ini sengaja dilansir saat dibagikannya buku laporan hasil belajar (Raport) anak sekolahan dimana Orangtua (Ortu) kadang stress melihat buku raport anaknya tidak masuk rangking 10 Besar sama sekali. Anaknya dia anggap bodoh dibanding anak lainnya. Stop ! jangan menghakimi diri sendiri senista itu.
Anda boleh tidak percaya bahwa NEM, IPK, dan Rangking bukan satu-satu penentu dan ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap ‘Kesuksesan’ seseorang.
Dan hal itu persis diungkapkan Prof Agus Budiyono yang mengeyam pendidikan 22 tahun dihitungnya sejak TK sampai jenjang S3 plus titel Profesor diraihnya, belum lagi 15 tahun berpengalaman mengajar di Tiga negara maju (AS, Korsel, dan Australia) termasuk di Perguruan Tinggi yang ada di tanah air. Prof Agus berani bersaksi betapa tidak relevannya ketiga konsep di atas (NEM, IPK dan Rangking-red) terhadap kesuksesan seseorang.
Ternyata sinyalemenya itu didukung oleh riset yang dilakukan Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap ‘tingkat kesuksesan’ seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioners di negaranya, Amerika Serikat.
Hasil penelitiannya itu mementahkan nilai yang selalu dibanggakan dengan berbagai cara dikejar yakni IPK, NEM dan Rangking yang ternyata itu hanyalah faktor sukses yang menempati urutan ke 30 dibawah faktor IQ yang menempati urutan ke-21, sedangkan hasil kuliah/belajar di universitas/sekolah favorit menempati urutan ke-23.
Jadi penulis ingin mengatakan secara sederhana, “Anak anda nilai raportnya rendah, itu ‘tidak masalah’,”.
Penulis pun memiliki sedikit pengalaman ketika mengajar dan mengisi raport anak didik, justru yang penulis perhatikan adalah kehadiran anak. Karena dalam hal ini ada repsentatif perhatian Orangtua terhadap pendidikan anaknya.
‘Pendidikan adalah upaya memanusiakan Manusia’, jadi apabila ada Ortu yang tidak memberikan atau kesempatan atau memperhatikan anaknya untuk mengeyam pendidikan yang layak, maka silahkan putuskan sendiri, Orangtua seperti apa itu. “Tapi ingat, jangan hanya melihat hasil, namun perhatikan pula prosesnya.”.
Kemblai ke laptop. Nilai ujian anak Anda tidak begitu besar? jangan dipermasalahkan, paling banter dampaknya tidak bisa masuk sekolah favorit. Karena menurut hasil riset, tidak terlalu pengaruh terhadap kesuksesan hidupnya kelak.
Lalu apa faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu ?. Ini hal pokok yang patut digaris bawahi para Ortu. Menurut riset Stanley berikut ini adalah sepuluh faktor teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan:
- Kejujuran (Being honest with all people)
- Disiplin keras (Being well-disciplined)
- Mudah bergaul (Getting along with people)
- Dukungan pendamping (Having a supportive spouse)
- Kerja keras (Working harder than most people)
- Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business)
- Kepemimpinan (Having strong leadership qualities)
- Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality)
- Hidup teratur (Being very well-organized)
- Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products)
Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM, IPK dan Rangking di sekolah. Dalam kurikulum semua ini dikategorikan softskill.
Biasanya peserta didik memperolehnya dari kegiatan ekstra-kurikuler. Tapi penulis juga tidak bermaksud menguatkan pendapat untuk jadi orang sukses itu tidak perlu nilai sekolah amat baik, meski diluar sana nyata tidak sedikit orang meraih kesuksesan tanpa mengandalkan hasil sekolah yang dikultuskan oleh NEM, IPK maupun Rangking Kelas.
Tapi penulis berani tegaskan bahwa mengejar kecerdasan akademik semata hanya akan menjerumuskan diri sendiri secara nyata. Kejarlah kecerdasan spiritual, Agama maka kecerdasan lain akan mengikuti dan kesuksesan ada di depan mata. Karena Alloh pemilik berbagai Ilmu yang ada, dan kesuksesan seseorang adalah Hak Preogatif-Nya, Insya Allah, Alhamdulillah. (*)
Penulis/Editor adalah: Pimpinan Umum Duta Priangan Pers