Tasikmalaya, Duta Priangan – Kantor Cabang Dinas Kehutanan Wilayah VI Jawa Barat yang pada Selasa (18/02/2020) usai memberikan pelatihan kehutanan di Aula Desa Mandalamekar Kecamatan Jatiwaras Tasikmalaya terhadap sekitar 120 warga sekitar hutan desa dengan inti permasalahan bagaimana cara melestarikan hutan yang dikaitkan dengan maraknya monyet yang menjadi hama pengganggu tanaman para petani disekitar Hutan Desa Mandalamekar.
Kepala Desa Mandalamekar, Alfie Akhmad Sa’dan Hariri, SE, SH., MH dalam apresiasinya menggaris bawahi bahwa hama monyet sudah pada tingkat mengkhawatirkan menganggu ketahanan pangan manusia. Alfie meminta kepada para pihak terkait untuk segera menangani dengan serius.
“Pisang dan kelapa yang menjadi bahan pangan unggulan Desa Mandalamekar produksinya menurun tidak seperti dulu lagi, bahkan terlihat banyak pohon kelapa yang ditebang akibat dianggap tidak produktif,” ungkap Alfie.
Masih dikatakannya, pemahaman yang benar akan segala sesuatu itu akan mengantarkan kepada tercapainya tujuan, contohnya kata ia, ketika definisi alam adalah gunung lalu pecinta alam adalah orang yang suka pergi ke gunung maka gerakannya pun akan tidak tepat.
“Padahal komponen terpenting alam adalah manusia, maka apabila orang yang mengaku pecinta alam itu seharusnya mendahulukan cintanya terhadap sesama manusia,” ujar Alfie.
Ditempat sama, Kasie Cabang Dinas Kehutanan Wilayah VI Jabar, Asep Wawan menuturkan tetang dasar hukum dan kriteria hutan, dalam pemaparannya tentang penyebab satwa yang berada di dalam hutan, ia membeberkan mengapa hewan migrasi atau bisa turun ke kebun petani, termasuk monyet yang ada di hutan Mandalamekar.
“Akan tetapi untuk lebih lanjutnya, kita harus memastikan dulu apa penyebabnya sehingga penanganannya bisa akurat,” jelas Asep.
Sementara itu, menurut Usman dari unsur Hiregana menambahkan, “Jika melihat situasi dan geografis Mandalamekar ini, hutan yang ada disamping hutan desa tersebut perlu dilestarikan bukannya dibiarkan begitu saja dan makna lestari itu berarti diurus”.
“Dengan tata cara teknis yang tepat dalam menghalau hama monyet diantaranya dengan menagkap, lalu di berikan cat ke sekujur badannya dengan digantungi benda yang mengeluarkan bunyi keras agar para pengikutnya pun lari ketakutan.” tambah Usman.
Sedangkan pemateri Chevi beserta Ustad Enjang memaparkan cara bertani ileus atau porang lengkap dengan prospek pasar juga harga terbaik dan harga terendah di pasaran yaitu dengan cara memanfaatkan hutannya dengan tumpang sari ileus atau porang.
“Harapan kedepan bahwa hama monyet di Mandalamekar sudah mengganggu ketahanan pangan, sehinga memerlukan penanganan yang serius dari para pihak terkait agar pendapatan para petani Mandalamekar bisa lebih meningkat,” pungkasnya. (Abi)