“Hari Guru dan HUT PGRI Ke-78 di Kota Tasikmalaya Sepi Spanduk Ucapan, Tak Seperti Peringatan Hari Lainnya”
Oleh: Agus Abidin, S.IP
Hari Guru Nasional merupakan momen penting bagi setiap negara untuk merayakan peran guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di Indonesia, Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 November sebagai bentuk penghormatan terhadap guru yang telah berjuang dalam membentuk karakter generasi muda.
Bahkan, Hari Guru Nasional bukan semata momentum memberikan apresiasi terhadap pengabdian para pendidik, tapi juga cerminan dari ungkapan rasa syukur terhadap jasa Guru dalam membangun pondasi pendidikan Bangsa.
Namun apa yang penulis lihat langsung secara kasat mata, di lingkup Pemerintahan Kota Tasikmalaya, Sabtu 25 November 2023 ini tidak ada satupun ungkapan dalam bentuk spanduk atau banner yang terpampang di depan dinas/instansi baik daerah maupun instansi vertical, atau BUMN/BUMD yang ada di Kota Tasikmalaya seolah Kuper (Kurang Perhatian). Lain di mulut lain pula pada kenyataan, setiap empunya jabatan mereka selalu bilang “Tanpa jasa Guru saya tidak mungkin bisa berdiri disini” itu ternyata isapan jempol belaka.
Ucapan selamat itu memang hal sepele namun dampaknya, terutama pada momentum kali ini bagi Guru sangat merasa dikucilkan seakan eksistensi Guru di Kota Santri ini tidak memiliki arti bagi keberlangsungan berbangsa dan bernegara. Ini murni dirasakan penulis karena penulis sendiri merasakan jadi guru, wali kelas, wakasek ketua jurusan, unit produksi di salah satu SMK di Kota Tasikmalaya (1999-2004) yang hengkang dari dunia pendidikan awal tahun ajaran 2004/2005 karena alasan pendapatan (kesejahteraan) yang kala itu sangat memprihatinkan bagi seorang guru honorer, yang pada akhirnya menyesal keluar setelahnya perjuangan PGRI (Peristiwa Solo) lahirlah UU Guru dan Dosen No.14/2005 yang menghembuskan angin segar kesejahteraan bagi para Pahlawan Tanpa Jasa waktu itu.
Ironi ini pun demikian diasakan oleh wadah perjuangan Guru (PGRI) yang momentum kelahirhannya bersamaan dengan Hari Guru Nasional yakni 25 November 1945 persisnya tiga bulan pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia digemakan, yang lalu kemudian diperkuat oleh sebuah ketetapan pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1994.
Jadi penentuan Hari ini (Tanggal 25 November-red) bagi Hari Guru Nasional sekaligus hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tidak lah sembarang dan memiliki makna perjuangan bagi PGRI, juga hari kebanggaan bagi sosok seseorang yang memiliki ruh Guru sebagai Pahlawan penentu nasib masa depan bangsanya.
Penulis berharap, tahun depan dan masa-masa selanjutnya hal ini (sikap apriori) terhadap Hari Guru yang erat kaitannya dengan HUT PGRI ini pihak pemerintah, dinas/badan/lembaga yang ada terlebih stakeholder pendidikan (Dinas Pendidikan) berkenan mencantumkan mata anggaran khusus untuk memotivasi Guru disetiap Bulan November, atau semiskin-miskinnya anggaran paling tidak membuat secuil untaian kalimat yang mencerminkan apresiasi kepada guru kita maupun terhadap wadah perjuangannya. Ya selevel Walikota, Sekda atau setingkat kepala dinas atau sejenis Pejabat Tinggi Pratama sih lebih elegan kelihatannya bila mengungkapkan untaian kalimat selamatnya di Papan Karangan Bunga.
Tapi bukan itu yang Guru inginkan, paling tidak gebyar mendapat ucapan selamat dari berbagai pihak pun sudah cukup bangga terlebih dari stakeholdernya, artinya baik keberadaannya, maupun kiprahnya merasa diakui, tidak seperti hari ini, tanpa ucapan satu pun terpampang di depan gedung kantor mereka (pemerintahan-red) yang akhirnya memunculkan kecemburuan sosial, “Tidak seperti mana kala ada peringatan Hari A, Hari B, dan banyak lainnya, mereka habiskan anggaran bikin banner, spanduk bahkan Baligo,” aslinya ujar penulis.
(Penulis adalah Pimpinan Umum Tabloid & Online Duta Priangan)
Selamat hari guru nasional dan selamat ulang tahun PGRI
Hidup guru ……
Sedih.miris,prihatin..
Tulisan yang bagus .sukses slalu penuh berkah
Aamiin
Sama-sama Buhaji, swmoga sehat selalu. Ingat purna itu masa tugas, tapi sosok Guru terus melekat pada jiwa raga Buhaji.
Terimakasih pak, bapak sudah memperhatikan kami para guru. Diperhatikan pun kami sudah bahagia, tak perlu hadiah….
Kembali terima kasih, semoga pemangku kebijakan Kota Tasik engeuh bahwa, kota santri ini pengukir sejarah produsen guru hingga disebar ke berbagai daerah bahkan ke Negeri Jiran, yang artinya Guru Tasikmalaya diperhitungkan.