Oleh: Novy Noor Wulandary, S.Pd
BAB I PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa (Indonesia – Sunda-red) di SD setelah mengalami perubahan berbagai Kurikulum menuntut kemampuan guru untuk lebih cermat dalam setiap penyajiannya. Kompetensi dasar untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada dasarnya memuat hakikat keterampilan berbahasa yang sama yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Hal ini mendorong ketertarikan penulis sebagai Guru SDN 1 Cikalang Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya untuk memikirkan bagaimana seharusnya peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yang pada kenyataannya kedua mata pelajaran tersebut sarat dengan nilai-nilai, prilaku, budi pekerti, dan akhlak mulia. Lalu bagaimana seharusnya agar kedua mata pelajaran tersebut tidak menjadi komoditas pengetahuan belaka, melainkan menjadi jembatan pembangun prilaku siswa yang optimal. Berikut ini salah satu rumusan kompetensi dasar yang penulis gunakan untuk perbaikan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda di kelas sekolah dasar.
Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi (Menulis): Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak; Kompetensi Dasar: Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lainnya); Materi Pokok: Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya; Indikator: Mendeskripsikan secara tertulis seseorang atau benda secara rinci dan kalimat yang runtut dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lainnya); Menulis deskripsi tentang benda-benda di sekitar atau seseorang dengan bahasa yang runtut dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lainnya); Tujuan Pembelajaran: Mendeskripsikan secara tertulis seseorang atau benda secara rinci dan kalimat yang runtut dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lainnya); Menulis deskripsi tentang benda-benda di sekitar atau seseorang dengan bahasa yang runtut dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lainnya).
Bahasa Sunda
Standar Kompetensi Menulis: Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan secara tertulis dalam menulis narasi, menulis deskripsi, melaporkan, dan menulis kejadian aktual, dan menulis bewara (pengumuman); Kompetensi Dasar: Menulis pengumuman; Materi Pokok: Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya; dan Teks Pengumuman: (Struktur teks, Kalimah wawaran, informasi pokok); Indikator: Merencanakan tulisan wawaran dengan baik. Menyusun pokok-pokok pikiran dalam wawaran. Mengembangkan pokok-pokok wawaran dengan kalimat sederhana. Melengkapi bagian awal, tengah, dan akhir menjadi wawaran yang utuh; Tujuan Pembelajaran: Merencanakan tulisan wawaran dengan baik. Menyusun pokok-pokok pikiran dalam wawaran; Mengembangkan pokok-pokok wawaran dengan kalimat sederhana. Melengkapi bagian awal, tengah, dan akhir menjadi wawaran yang utuh. Berdasarkan kedua rumusan kompetensi dasar di atas, sesunguhnya mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda merupakan suatu upaya yang direncanakan secara sadar dan disengaja untuk
dilaksanakan oleh guru guna sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut bergantung kepada keberhasilan guru dalam menyusun perencanan dan melaksanaannya.
Dari pengalaman penulis di lapangan diketahui bahwa kemampuan siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan BahasaSunda belum maksimal. Pada umumnya siswa kelas IV dalam mengikuti pembelajaran belum cakap menerima dan menyampaikan informasi tertulis. Faktor lemahnya siswa dalam hal ini lebih disebabkan oleh karena konsep keterampilan berbahasa Indonesia dan Sunda yang mereka miliki sangat terbatas, belum sesuai dengan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Belajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda dengan cara-cara yang ortodok; dengar, catat, dan hafal belumlah memadai, tingkat kesulitan bahasa pengantar pun menyebabkan siswa kesulitan dalam praktiknya sehari-hari. Siswa masih lemah dalam menarik kesimpulan, baik tertulis atau pun lisan. Hampir dapat dipastikan akibat lemahnya kemampuan berbahasa Indonesia dan Sunda tersebut akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran lainnya.
Juga dari pengalaman penulis selama mengemban tugas di SD memang benar bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang. Tidak saja pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi pada mata pelajaran Bahasa Sunda pun masih kurang. Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang sekarang dilakukan masih banyak menimbulkan kesan bahwa mengikuti pembelajaran tersebut“ kurang menyenangkan”. Siswa selalu hanya ditanya tentang ejaan, tanda baca, dan sejenisnya. Akhirnya jangankan untuk paham dan dapat mempraktikan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengikuti pembelajaran pun menjadi kurang bersemangat. Jika demikian, hal ini dapat dikatakan bahwa guru secara tidak langsung telah memberangus minat belajar siswa. Sungguh suatu gambaran memprihatinkan, padahal dunia kita sekarang membutuhkan kecakapan berbahasa, baik Bahasa Indonesia atau pun bahasa daerahnya.
Membelajarkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda kepada siswa Kelas V di SDN 1 Cikalang, sesunguhnya tidak terlalu sulit. Meskipun ada kendala yang dihadapi oleh guru kelas dalam pelaksanaannya. Kendala-kendala itu antara lain; latar belakang keluarga siswa, lingkungan tempat tinggal siswa, tingkat kematangan, kesehatan jasmani, kematangan sosial dan kebeBahasan, ekonomi, perkembangan emosional, kecerdasan, keberanian, keuletan, integrasi persyaratan (adanya
koordinasi antara mata, telinga, dan psikomotor) dan lain-lain. Itulah kendala-kendala secara umum dari sudut siswa.
Sedangkan kendala lain dari tenaga pengajar, belum semuanya memiliki bekal pengalaman dan pengetahuan yang memadai bagaimana membelajarkan siswa terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda dengan benar. Mengingat membelajarkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda kepada siswa sekolah dasar membutuhkan pengalaman, kesabaran, keuletan, kemampuan memilih bahan ajar yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa, serta teknik yang tepat. Apabila hal tersebut tidak diperhatikan, bukan hal yang mustahil guru tidak berhasil membelajarkan siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda.
Baca Juga Artikel: Stop Kekerasan Di Pesantren, Ini Solusinya
Kegiatan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda dalam kajian ini mengambil materi “Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya dan Teks Pengumuman”. Pelaksanaan kedua pembelajaran tersebut membutuhkan teknik dan metode mengajar yang tepat. Teknik-teknik pengajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang biasa digunakan antara lain; dimulai dari hal-hal yang sederhana menuju hal-hal yang kompleks, dari hal-hal yang mudah menuju hal-hal yang sulit, dari hal yang dekat menuju hal-hal yang jauh, dari hal-hal yang kongkret menuju hal-hal yang abstrak. Salah satu akibat pengenalan dan pemahaman konsep Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang belum baik, akan berdampak kurang baik pula terhadap kemampuan berbahasa Indonesia dan berbahasa Sunda para siswa. Salah satu akibat siswa tidak memiliki kemampuan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang memadai, menyebabkan rendahnya minat belajar di kalangan siswa. Hal ini terbukti dari nilai yang diperoleh siswa pada ulangan umum, dari salah satu mata pelajaran tersebut (Bahasa Sunda) nilai rata-rata kelasnya paling rendah. Kenyataan lain yang penulis temukan di lapangan (khususnya Bahasa Sunda)-red; jarang siswa kelas IV yang berbicara dengan Bahasa Sunda di lingkungan keluarganya padahal orang tua mereka umumnya keturunan Suku Sunda. Itulah bukti lain yang ada di lapangan tempat penulis bertugas.
Baca Juga Artikel: Tren Ajang Konten Generasi Muda di Era Digital
Adanya kenyataan seperti di atas, menimbulkan perhatian penulis sebagai kepala sekolah, sehingga timbul gagasan untuk menerapkan perencanaan perbaikan pembelajaran dengan harapan agar kemampuan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda siswa kelas V SDN 1 Cikalang meningkat, serta benar-benar memiliki kompetensi Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda yang diharapkan. Oleh karena itu, laporan ini bersifat deskriptif terhadap tugas dan tanggung jawab penulis untuk mengatasi masalah yang ada di SDN 1 Cikalang.
BAB II PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Identifikasi Masalah: Berbagai masalah pembelajaran yang dihadapi guru kelas V di SDN 1 Cikalang seperti adanya kenyataan bahwa siswa kurang termotovasi mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia atau pun Bahasa Sunda, mendorong penulis dan Guru Kelas V untuk segera mencari solusi pembelajaran. Dalam hal ini secara khusus tentang “Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya dan Teks Pengumuman”.
Berbagai pembelajaran menuntut kompetensi guru yang memadai, diharapkan melalui kompetensi guru yang baik para siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Berhubungan dengan hal tersebut, supaya dapat memudahkan proses penelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data, terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah yang mungkin akan muncul pada proses selanjutnya. Adapun masalah yang berhasil penulis identifikasi sebagai berikut;
1. Bahasa Indonesia: Rendahnya pemahaman siswa terhadap penangkapan isi Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya dan Teks Pengumuman serta penggunaan ejaan dan tanda baca. Rendahnya pengalaman belajar siswa pada bahan ajar tersebut serta belum maksimalnya siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bahasa Sunda: Rendahnya pemahaman siswa terhadap penangkapan isi Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya dan Teks Pengumuman serta penggunaan ejaan dan tanda baca. Rendahnya pengalaman belajar siswa pada bahan ajar tersebut serta belum maksimalnya siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Analisa dan Perumusan Masalah: Penulis terlebih dahulu mengadakan diskusi dengan Guru Kelas V. Dari kegiatan ini dapat diketahui bahwa penyebab siswa kurang menguasai materi yang diajarkan sebagai berikut:
1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Penjelasan yang diberikan oleh guru cenderung terlalu abstrak; Guru jarang membelajarkan siswa pada kodisi nyata; Guru belum optimal menggunakan pendekatan inquiri: Pembelajaran hanya berlangsung di dalam kelas.
2. Mata Pelajaran Bahasa Sunda: Guru belum optimal mengelompokkan siswa secara heterogen; Guru masih kurang dalam memberikan penjelasan yang sistematik tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran; Dalam melakukan tugas mengajar guru tidak menggunakan aIat peraga; dan Guru tidak membuat kesimpulan pada setiap subpokok bahasan. Guru belum mampu memanfaatkan lingkungan sebagai pusat pembelajaran.
Berdasarkan hal di atas, fokus perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu, bagaimana meningkatkan penguasaan materi Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya dan Teks Pengumuman. Diharapkan meIaui pendekatan inquiri dengan metode pemberian tugas, pemberian contoh, dan latihan yang teratur kemampuan siswa akan meningkat.
Sedangkan fokus perbaikan pada pembelajaran Bahasa Sunda adalah bagaimana membelajarkan siswa pada konsep Deskripsi seseorang, benda, atau tanaman berdasarkan ciri-cirinya dan Teks Pengumuman agar siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok ataupun diskusi kelas melalui pemberian penjelasan yang sistematis, singkat, dan jelas tentang Iangkah-langkah yang harus dilakukan dalam diskusi. Mengelompokkan siswa secara heterogen, menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi serta memberikan kesimpulan pada setiap subpokok bahasan.
Rencana Perbaikan: Rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi terbagi dua (2) mata pelajaran, yaitu:
1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Langkah-Iangkah perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran antara lain sebagai berikut: Menjelaskan materi dengan penjelasan yang lehih korikret; Memberikan contoh dan latihan; Menjelaskan langkah-langkah dalam mengerjakan LKS; Secara bergiliran siswa mengerjakan LKS; Melakukan pendekatan secara individual; Memberikan latihan dengan soal yang berbeda; dan Menggunakan metode inquiri.
2. Mata Pelajaran Bahasa Sunda: Langkah-Iangkah perbaikan pernbelajaran yang dilakukan guru dalam upaya rnenciptakan aktivitas siswa dalam diskusi kelas adalah sebagai berikut: Mengelompokkan siswa secara heterogen; Memberikan penjelasan tentang langkah-langkah yang harus dilakukan; Memberikan teguran langsung kepada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran; Menggunakan alat peraga yang sesuai dengan matedo; Memberikan pertanyaan langsung kepada siswa yang tidak memperhatikan; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, baik yang diajukan siswa maupun yang diajukan guru; dan Membuat kesimpulan pada setiap pokok bahasan.
BAB III PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Tempat dan Waktu Pelaksanaan: Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas V SDN 1 Cikalang Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dimulai pada tanggal 2 s.d. 16 Mei 2022.
Prosedur Pelaksanaan: Langkah-Iangkah pembelajaran yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut:
1. Prosedur Umum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan sebagai kegiatan awal atau apersepsi; Melakukan tanya jawab tentang materi baru; Menyaipkan materi; Menyiapkan
alat peraga, dan Memberikan PR sebagai bahan latihan dan tindak lanjut.
2. Prosedur Khusus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Memberikan tugas dan latihan; Melaksanakan diskusi kelompok; Memberikan contoh; Belajar melalui tutor sebaya; Melakukan bimbingan secara individual atau klasikal; dan Penggunaan matode karyawisata, penemuan, penugasan, ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
3. Prosedur Umum Mata Pelajaran Bahasa Sunda; Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi baru sebagai bahan apersepsi; Melakukan tanya jawab tentang materi baru; Menyimpulkan materi pelajaran; dan Memberikan pekerjaan rumah sebagal tindak lanjut.
4. Prosedur Khusus Mata Pelajaran Bahasa Sunda: Melakukan tanya jawab dalam kegiatan diskusi kelas; Mengajukan pertanyaan dengan bahasa yang dapat dipahami siswa; Memberikan kesempatan bertanya atau menjawab pertanyaan; dan Mengarahkan pertanyaan dan jawaban siswa.
Temuan-Temuan: Hal-hal unik yang muncul pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran antara lain: Terjadinya perubahan suasana kelas; Perhatian siswa terpusat; Alat peraga sangat membantu dan menarik perhatian; Siswa bergairah mengikuti pembelajaran;
Kehadiran penulis (kepala sekolah) ke dalam kelas membuat siswa tampak bergairah. Perhatian semua siswa tertuju ke depan kelas. Setelah siswa diberi penjelasan maksud kedatangan penulis, raut wajah meraka semakin bersemangat. Selain itu, terjadi perubahan tingkah laku siswa yang mencolok dari biasanya, mereka tampak benar-benar berkonsentrasi mengikuti pelajaran.
BAB IV HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siklus I, II, dan III
Tanda-tanda kemajuan dalam pembelajaran sudah ada, hal ini dapat penulis tunjukan dengan nilai yang diperoleh siswa seperti berikut: 1). Siswa yang mendapat nilal 9 ada 12 orang, 2). Siswa yang mendapat nilal 8 ada 14 orang, 3). Siswa yang mendapat nilal 7 ada 9 orang, 4). Siswa yang mendapat nilal 6 ada 7 orang. Berdasarkan pemerian di atas terdapat 16 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas. Untuk memacu kemajuan belajar 16 siswa yang masih memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas dan memotivasi siswa lainnya yang telah memperoleh nilai di atas nilai rata-rata kelas, dilanjutkan dengan perbaikan pembelajaran pada siklus ke-2. Berikut ini nilai kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada siklus ke-2: 1). Siswa yang mendapat nilal 10 ada 2 orang, 2). Siswa yang mendapat nilal 9 ada 21 orang, 3). Siswa yang mendapat nilal 8 ada 11 orang, 4). Siswa yang mendapat nilal 7 ada 8 orang. Pada siklus ini, perolehan nilai hasil belajar secara perorangan telah menunjukkan adanya kemajuan. Namun, secara klasikal terdapat 19 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas. Guna menindaklanjuti pembelajaran pada siklus ke-2, dilanjutkan dengan perbaikan pada siklus ke-3, dan diperoleh hasil sebagai berikut: 1). Siswa yang mendapat nilal 10 ada 21 orang, 2). Siswa yang mendapat nilal 9 ada 15 orang, 3). Siswa yang mendapat nilal 8 ada 6 orang.
Pada siklus ini, perolehan nilai hasil belajar secara perorangan semakin menunjukkan kemajuan. Walaupun demikian, secara klasikal masih terdapat 6 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas.
2. Mata Pelajaran Bahasa Sunda Pada Siklus I, II, dan III
Tanda-tanda kemajuan dalam pembelajaran sudah ada, hal ini dapat penulis tunjukan dengan nilai yang diperoleh siswa seperti berikut: 1). Siswa yang mendapat nilal 8 ada 10 orang, 2). Siswa yang mendapat nilal 7 ada 16 orang, 3). Siswa yang mendapat nilal 6 ada 6 orang, 3). Siswa yang mendapat nilal 5 ada 8 orang, 4). Siswa yang mendapat nilal 4 ada 2 orang. Berdasarkan pemerian di atas terdapat 16 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas. Untuk memacu kemajuan belajar 16 siswa yang masih memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas dan memotivasi siswa lainnya yang telah memperoleh nilai di atas nilai rata-rata kelas, dilanjutkan dengan perbaikan pembelajaran pada siklus ke-2. Berikut ini nilai kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada siklus ke-2: 1). Siswa yang mendapat nilal 9 ada 6 orang, 2). Siswa yang mendapat nilal 8 ada 22 orang, 3). Siswa yang mendapat nilal 7 ada 9 orang, 4). Siswa yang mendapat nilal 6 ada 5 orang. Pada siklus ini, perolehan nilai hasil belajar secara perorangan telah menunjukkan adanya kemajuan. Namun, secara klasikal terdapat 14 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas. Guna menindaklanjuti pembelajaran pada siklus ke-2, dilanjutkan dengan perbaikan pada siklus ke-3, dan diperoleh hasil sebagai berikut: 1). Siswa yang mendapat nilal 10 ada 12 orang, 2). Siswa yang mendapat nilal 9 ada 20 orang, 3). Siswa yang mendapat nilal 8 ada 10 orang. Pada siklus ini, perolehan nilai hasil belajar secara perorangan semakin menunjukkan kemajuan. Walaupun demikian, secara klasikal masih terdapat 10 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata kelas.
Pembahasan Untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Hasil pembelajaran berdasakan perolehan nilai sudah membaik mengingat guru sudah melakukan hal-hal berikut: Menjelaskan materi dengan penjelasan yang lebih konkret. Memberikan contoh dan latihan. Walaupun demikian contoh dan latihan masih kurang, serta pendekatan inquiry belum dilakukan karena siswa belum memahami materi pelajaran secara menyeluruh.
Pada siklus ke-2 terjadi perbaikan pembelajaran. Kepada siswa diberikan latihan dengan porsi yang cukup dengan sasaran untuk rneningkatkan penguasaan siswa terhadap materi. Dalam hal ini penulis telah melakukan hal-hal berikut: Memberikan penjelasan langkah-langkah pengerjaan LKS. Membimbing siswa dalam pengerjaan LKS, baik secara perorangan ataupun klasikal. Semua siswa secara berkelompok bersunguh-sunguh mengerjakan LKS.
Pada siklus ke-3 terjadi perbaikan pembelajaran. Langkah yang telah dilaksanakan guru sebagai berikut: Melakukan pendekatan secara individual, Memberikan latihan dengan soal yang berbeda. Dari ketiga siklus pembelajaran yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa pengalaman belajar siswa makin meningkat. Hal ini diperoleh setelah siswa belajar melalui hal-hal yang yang Iebih konkret, pemberian contoh, dan latihan yang cukup, serta pendekatan secara individual.
Pembahasan Untuk Untuk Mata Pelajaran Bahasa Sunda
Setelah melalui tahapan-tahapan dalam perbaikan pembelajaran, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat. Hal ini dapat dicapai mengingat guru telah melaksanakan: Pengelompokkan siswa secara heterogen, Penjelasan sistematis tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran, dan Pemberian penghargaan berupa pujian yang konsisten.
Proses perbaikan pembelajaran pada siklus ke-2 makin menunjukkan kemajuan. Dalam hal ini guru telah melakukan hal-hal berikut: Penggunaan alat peraga, Siswa diberikan kesempatan menggunakan sendiri alat peraga, dan Memberikan pertanyaan langsung kepada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran.
Kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa pada siklus ke-3 meningkat, karena guru sudah melakukan hal-hal berikut: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, Memberikan kesempatan kepada siswa menjawab pertanyaan, Memberikan penghargaan berupa pujian, dan Membuat kesimpulan pada setiap pokok bahasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan : Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dilakukan melalui pengalaman belajar seperti berikut: (1) Penjelasan yang konkret, (3) Pemberian contoh, dan latihan, serta (3) Pendekatan inquiry dan karyawisata. Begitu pun pada mata pelajaran Bahasa Sunda; pengalaman belajar siswa dapat ditingkatkan melalui: (1) Pengelompokkan siswa secara heterogen, (2) Penjelasan yang sistematis tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan siswa, baik dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas, (3) Penggunaan alat peraga, dan inquiry, serta (4) Membuat kesimpulan pada setiap subpokok bahasan.
Saran : Berdasarkan kesimpulan di atas hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa sebagai berikut: Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Penguasaan siswa terhadap bahan ajar perlu dilakukan melalui penjelasan yang kongkret, contoh nyata, memberikan kesempatan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mendapatkan penghargaan, melakukan karyawisata dan memberikan latihan terbimbing yang berkelanjutan. Mata Pelajaran Bahasa Sunda: Penguasaan siswa terhadap bahan ajar dalam rangka membelajarkan siswa perlu dilakukan melalui pengkondisian kelas yang nyaman, menyenangkan, penjelasan konsep kongkret, contoh nyata, memberikan kesempatan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mendapatkan penghargaan, membuat kesimpulan, melakukan karyawisata, dan memberikan latihan terbimbing yang berkelanjutan.
Tindak Lanjut: Selain upaya-upaya di atas, pengalaman dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas yaitu adanya perencanaan yang terprogram, terukur, dan realistis. Guru perlu memperbaiki diri untuk dapat membelajarkan siswa dalam kondisi belajar yang tepat, memperbaiki kinerja, dan senantiasa mengevaluasi diri. (*red)
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi GBPP 2004. Jakarta: Dirjen Pendasmen Direktorat Pendidikan Dasar.
Depdikbud. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Dirjen Pendasmen Direktorat Pendidikan Dasar.
Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan(Action Research). Jakarta. Depdikbud Dirjen Pendasmen Direktorat PMU.
Rachmat, dkk .2004. Belajar Pengetahuan SosiaI, Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa.
Saadah Ridwan. 2002. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Semiawan, R. Conny. 1993. Pendekatan Pembelajaran. Jakarta. Konsorsium Ilmu Pendidikan Dirjen Dikti Depdikbud.
Suciati. dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suhardjono. 1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.
Wardani. Dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani, G.A.K. 2004. Pemantapan Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta: Universitas Terbuka.
(Penulis adalah: Guru Kelas V SDN 1 Cikalang Kota Tasikmalaya)
Comments 1